Selasa, 14 Juli 2009

Tips & Trick Menghilangkan "Racun" pada Mie Instan



nih gan,ada beberapa tips yang bisa membantu juragan untuk mengurangi kadar 'racun' yang terkandung di mie instan.

Didihkan air yang agak banyak, tunggu sampai air benar-benar mendidih. Setelah itu, pisahkan air menjadi dua bagian (tuang ke dalam dua panci berbeda).

Masukkan mie ke panci pertama (atau panci pencuci lilin mie), dan didihkan kembali. Tunggu hingga air menjadi agak menguning (ini tanda bahwa lapisan lilin yang terdapat di permukaan mie instan mulai luntur). Setelah itu, angkat dan tiriskan.

Jika kamu menginginkan mie instan kuah, masukkan mie yang telah 'dicuci' ke dalam panci kedua, didihkan sebentar, sambil menambahkan sayur atau telur jika anda suka.

Nah, dijamin mie instan lebih 'aman' jika dimasak hingga dua kali. Selamat mencoba!

oleh Dodi Prananda, dengan pengubahan seperlunya

Exclamation Penemuan terbaru : Pil Anti BODOH



Exclamation Penemuan terbaru : Pil Anti BODOH
Anda merasa tidak pintar atau sering dianggap bodoh? Jangan kuatir, sebentar lagi akan dipasarkan dunia pil antibodoh. Kabarnya, hingga saat ini pil 'ajaib' buatan para ilmuwan Jerman ini masih dalam usaha diuji cobakan pada tikus dan kelelawar.

Pil ini diciptakan oleh seorang ilmuwan Jerman, Hans Higler Ropers, direktur Max Planck Institut di Berlin, Jerman. "Cara kerja pil ini adalah mengaktifkan sel-sel otak, menstabilisasikan daya ingat jangka pendek dan meningkatkan sensitivitas otak," ujarnya.

Dalam sebuah wawancara dengan harian The Bild Hans mengatakan bahwa uji coba yang ia lakukan kepada tikus dan kelelawar menunjukkan hasil yang sangat luar biasa. "Jika lolos uji kelayakan dari FDA, maka ini akan menjadi pil ‘antibodoh’ pertama di dunia," ujar Hans dengan bangga(DODI, BERBAGAI SUMBER)

sumber : Conectique.com

BERPRESTASI DI USIA DINI



Oleh Dodi Prananda

Untuk urusan prestasi, tiap remaja pasti berlomba-lomba pengen unjuk gigi. Tapi bukan berarti saling pada nyengir alias memamerkan gigi lho. Yang pasti, pengen punya kemampuan yang bisa dibanggakan dan dikenal banyak orang. Salah satu prestasi yang paling banyak diminati oleh mayoritas remaja dan remaji saat ini adalah dengan menjadi selebriti.

Dalam sebuah rubrik 'Suara Hati Pelajar' Pikiran Rakyat edisi 08/08/06 yang mengangkat tema 'Jadi Selebriti', terbukti semua koresponden pengen jadi seleb meski dengan catatan. Ada yang mengidolakan Peggy Melati Sukma, Agnes Monica, Tom Cruise, atau Iwan Fals. Yang pasti, kehidupan glamour dan mewah, materi yang berlimpah, serta dipuja banyak orang, cukup memancing remaja untuk terobsesi menjadi selebriti.

Apalagi saat ini, pintu menuju gerbang kehidupan seleb terbuka luas. Maraknya program pencarian bakat yang membidik pasar remaja, menjadi jalan pintas meraih popularitas. Nggak heran kalo peserta remaja yang ikut audisi bejibun banget. Ada yang pengen jadi penyanyi, pelawak, pedangdut, foto model, penari, da'i, atau pencipta lagu. Pokoknya, semuanya pengen berprestasi dan menjadi idola remaja.

Tapi sobat, sebagai seorang Muslim, tentu kita nggak bisa sembarangan mengukir prestasi. Lantaran setiap amal perbuatan kita udah ada aturan main dan statusnya. Mulai dari yang mubah, makruh, sunnah, haram, dan wajib. Itu berarti, udah seharusnya kita belajar memilih prioritas amal sebelum mengukir prestasi. Caranya, dengan menyandarkan setiap perbuatan kita pada aturan Islam. Kalo menurut Islam boleh, ya silakan dijalani, tapi kalo menurut Islam nggak boleh, apa boleh buat, meski menyenangkan tapi kudu dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali.

Kita kudu nyadar, dunia selebriti itu identik dengan gaya hidup materialis. Satu sama lain saling berlomba menjaga popularitas biar tetep laku di pasaran. Nggak heran kalo lika-liku kehidupan para seleb yang terekam di media massa dipenuhi sensasi dan kontroversi. Memang betul bahwa nggak semua seleb tuh kacau, tapi paling nggak dunia itu memang memberikan peluang alias kesempatan yang lebih besar untuk nyerempet-nyerempet atau minimal coba-coba kepada jenis kehidupan yang memungkinkan berbuat maksiat. Sekecil apa pun. Lantaran pola hidupnya yang sekuler abiz!

Percaya deh, masih banyak prestasi halal yang bisa kita raih dan bahkan bisa membuat kita lebih berharga di sisi Allah. Kalo kita ngotot banget cinta dunia, inget deh kehidupan kita juga nggak lama kok di dunia ini. Coba pikir, kalo kontrak kita di dunia udah abis en nggak bisa diperpanjang, amal apa yang bakalan kita bawa ke hadapan Sang Khalik, baik atau buruk?

Coba baca en renungi pesan yang ada di lagu 'Bila Waktu Tlah Berakhir', dari Opick yang syairnya kayak gini, "Bagaimana kau merasa bangga akan dunia yang sementara / Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi meninggalkan dirimu... / Bagaimanakah bila saatnya waktu terhenti tak kau sadari / Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali mengulang ke masa lalu... / Dunia dipenuhi dengan hiasan. Semua dan segala yang ada akan kembali padaNya... / Bila waktu tlah memanggil, teman sejati hanyalah amal / Bila waktu tlah terhenti, teman sejati tinggallah sepi...

***

Teladan untuk Kebaikan

Sobat, kita nggak bermaksud nakut-nakutin kamu agar jangan berprestasi en dikenal banyak orang. Eits, jangan salah. Setiap kita boleh kok berprestasi sesuai dengan potensi yang dimiiki. Hanya saja catatan dari kita, raihlah prestasi lewat jalan yang baik dan diridhai Allah. Nggak tergoda via jalan pintas dengan ikut audisi-audisi yang banyak ditawarkan media massa. En satu lagi, kalo kelak kita berprestasi dan populer, ingatlah satu hal bahwa kita bakal jadi panutan orang lain. Sebab, jadi idola seharusnya nggak dipinta alias bakalan datang sendiri. Banyak orang yang bisa aja menjadikan kita idola. Terutama yang respek dengan kemampuan kita.

Untuk itu, kalo pun kemudian jadi teladan, tentunya harus mengajarkan kebaikan. Jangan sampe sekali-kali ngajarin keburukkan. Ingat lho, dosanya bisa MLM alias bisa berlipat-lipat. Kita nyontohin kesalahan, orang lain ikut dengan apa yang kita perbuat, maka dosa kita akan ditambah dengan dosa dari orang-orang yang ngikutin keburukan kita. Kebayang kan kalo perilaku buruk selebriti seperti nge-drugs, gaul bebas, konsumtif, atau mengumbar aurat, ditiru banyak fansnya? Ih, syerem abiz!

Rasul SAW bersabda, "Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun." (HR. Ibnu Majah).

Nah, ternyata jadi orang 'besar', risikonya juga besar. Makanya, mending jadi ordinary people alias orang biasa aja daripada kudu berkubang dalam kehidupan sekuler materialis khas selebriti. Toh untuk memberikan tauladan yang baik, nggak harus jadi populer. Dan untuk jadi populer dan berprestasi, nggak harus jadi selebriti di dunia entertainmen. Sebab, seharusnya definisi seleb pun secara umum bukan cuma buat mereka yang berkiprah di dunia hiburan, tapi semua orang yang terkenal di berbagai bidang bisa disebut seleb. Aa Gym adalah seleb. Helvy Tiana Rosa, sebagai novelis juga seleb. Pak SBY juga termasuk seleb, karena mereka terkenal di mana-mana.

So, buat kita, berprestasilah di dunia yang baik-baik. Terus, yang penting, kita berperilaku, berkata, berpikir, dan berdakwah ngikutin apa yang dicontohkan Rasul. That's it! Perkara ada atau tidaknya orang lain yang meniru kita, biarlah itu jadi bonus kita saat itung-itungan pahala di akhirat nanti. Yuk, sebanyak mungkin kita berprestasi dan raih ridha Ilahi! Soalnya, kita nggak abadi di dunia ini.

NEWS

(foto:istimewa)
Suasana siswa IPA Abu-abu menerima pengarahan dari alumni, Rani, di Auditorim SMA Negeri 1 Padang, Selasa, (14/07)

SMA Negeri 1 Padang;
HARI INI SISWA IPA ABU-ABU DITENTUKAN

Membedah siswa ABU-ABU untuk tetapkan Jurusan
Selasa siang (14/07), siswa yang memperoleh predikat sebagai IPA abu-abu menjalani masa-masa pengukuhan. Pilihan mereka yang lebih cenderung ke jurusan IPA, sedangkan dilain sisi nilai tidak mencukupi, membuat siswa tersebut melewati tahap proses penentuan jurusan bersama guru Bk berikut seorang alumni jurusan IPS, di Auditorium SMA Negeri 1 Padang.
Sampai berita ini diturunkan siswa tersebut masih menjalani masa penentuan itu. Turut hadir dalam acara tersebut, Rani, Alumni SMA Negeri 1 Padang Tahun Ajaran 2005 silam yang memberikan motivasi kepada semua siswa untuk memilih jurusan dengan benar. Rani merupakan siswa yang cukup tersorot dulunya, dibuktikan dengan kemauannya masuk IPS dan berhasil menjadi pemuncak kelas dari kelas X hingga kelas XII berturut-turut.
Ketika acara pemberian motivasi itu berlangsung, Rani mempertanyakan kepada siswa yang jurusannya belum jelas itu dengan pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh siswa IPA Abu-abu tersebut. “Apakah saya masuk IPA hanya karena ikut-ikutan teman?, Apakah saya memiliki bakat di IPA” dan masih banyak lagi pertanyaan yang Rani sebutkan kepada siswa itu.
“Jurusan IPA dan IPS belum akhir dari segalanya, jangan mau jadi bebek dan jangan biarkan orang lain menentukan nasib kita, ingat, jangan pernah memaksakan diri untuk segala sesuatu yang tidak kita suka” ujar Rani disaat memberikan motivasi kepada seluruh siswa.
Disela-sela pembicara memberikan motivas, sesi tanya jawab pun dibuka. Vegi, salah seorang siswa Abu-abu dari kelas X 4 mengajukan pertanyaan. “Saya ingin menanyakan bagaimana cara kita mengetahui apa yang kita mau dan yang kita mampu?” tanyanya kepada Rani.
Rani pun menjawab pertanyaan itu dengan sangat sederhana “yang tahu diri kita, tentu diri kita sendiri, jadi hanya kita yang menjadi referensi diri sendiri.
Usai Rani menyampaikan motivasinya, sepucuk surat dari M. Iman Usman yang merupakan siswa unggulan dari SMA Negeri 1 Padang yang berasal dari jurusan IPS dibacakan. Surat tersebut dikirim Iman yang via e-mail yang sekarang mendapat PMDK di Universitas Indonesia untuk jurusan IPS. Antara lain surat tersebut berisi cerita dan pengalaman Iman menjalani pendidikan di bangku IPS. Iman ingin mengangkat citra IPS yang mendapat stigma dan stereotype sebagai kelas nakal, brutal, bikin onar, dan stigma negative lainnya.
Di akhir acara, Pak Irwan Khaliq menyarankan kepada seluruh siswa abu-abu untuk melakukan shalat istiqarah. Rani pun berpesan bahwa yakinkanlah orangtua, jangan sampai orangtua yang meyakinkan kita. Usai acara tersebut salah seorang IPA abu-abu, Nafidzah Khairina, mengukuhkan hatinya untuk tidak memaksakan diri masuk IPA, dan ia menetapkan pilihannya untuk jurusan IPS. (Dodi Prananda, SMA Negeri 1 Padang)

DEAR DIARY (CATATAN KECIL)



DEAR DIARY
Senin, 13 Juli 2009
Sesuatu yang menarik dalam hidupku terjadi hari ini. yaitu, ketika hari pertama masuk sekolah datang. Rasanya banyak yang berbeda. Selama liburan udah kebiasa bangun siang, eh pas hari pertama masuk sekolah bangun pagi lagi. Paginya, dengan kantung mata yang berat sekali dibuka, aku memaksakan diri untuk bangun. Bangkit dari ranjang dan bergegas memasang seragam baru, sepatu, lengkap dengan tas aku menuju sekolah.
Saat tahu jam ditangan menunjukkan pukul 07.15 WIB rasanya jantung bertambah dag dig dug. Pasti telat lagi nih, nggak enak banget kan, baru hari pertama sekolah dengan suasana yang serba baru, tapi nggak tahunya malah telat. Sewaktu ada di bus, beruntung ketemu teman yang kukenal cukup akrab. Namanya Ismal, dinaik didaerah yang berbeda denganku. Karena ada dia aku nggak terlalu cemas kalau seandainya terlambat. Setidaknya dapat temen terlambat, he..he..
Sewaktu turun di skul, eh nggak tahunya pagar udah dikunci. Ada laki-laki bertubuh besar—tim disiplin yang sudah menanti dari dalam gerbang. Ada tiga orang perempuan yang sudah berharap agar pagar segera dibuka. Karena perempuan itu nggak dibukain pintu, aku juga ikut memelas. “Bang bukain dong..!”
Berkali-kali ia menggeleng. Di dalam sekolah, tepatnya lapangan hijau SMANSA, upacara sedang berlangsung. Anak baru yang mau MOS juga ikutan upacara. Sebagian dari mereka juga ada yang terlambat. Yang parahnya jumlah yang telat terus bertambah dan bertambah. Kalau aku nggak salah ngitung, jumlahnya hampir seratus, gawat banget kan?
Terus yang terlambat saling tanya satu sama lain, “Lu kenapa telat?” ada yang ngejawab susah bangun pagi karena udah biasa bangun siang semenjak libur (sama ma aku), ada juga yang sengaja datang ditelatin, dll. Nama siswa yang telat pun dicatet, sebagian ada yang sembunyi dibelakang mobil. Mungkin takut kalau berurusan dengan yang namanya guru BK. Aku kapok deh telat! (Dodi Prananda, SMA Negeri 1 Padang)

FOTOGRAFI




Judul Foto: Jembatan Sunyi
Waktu Pemotretan :Pagi hari, Senin 13 Juli 2009
Pukul: 06.10 wib
Lokasi : Muara Penjalinan
Fotografer : Dodi Prananda